Selayang Pandang Majalah Islam Tsaqofah
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ada di Saudi Arabia, khususnya di kota Riyadh dan sekitarnya, jumlahnya cukup banyak, ada ratusan ribu. Walau mayoritas dari mereka bukan sari kalangan terpelajar, tapi tak sedikit dari mereka yang haus akan informasi dan ilmu pengetahuan. Ternyata, banyak di antara rekan-rekan TKI yang memiliki bakat dan minat dalam dunia tulis menulis, walau dengan gaya yang cukup sederhana, dan ini sangat wajar. Oleh karena itu perlu adanya sarana atau wadah kreatifitas untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki, agar ketrampilan tulis menulis yang mereka kuasai, kelak bisa bermanfaat bila kembali ke tanah air.
Kita tidak bisa menutup mata, bahwa masih banyak pula saudara-saudara kita (para TKI) yang lemah dalam keimanan, minim dalam penguasaan ilmu-ilmu agama, dan memiliki mentalitas negatife. Semua itu tentunya akan mudah menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan-perbuatan yang fahsya dan Munkar . Nah, sudah menjadi kewajiban kita bersama, sesama saudara seiman dan sebangsa, untuk saling nasehat menasehati, saling mencerdaskan, dan saling memberdayakan satu sama lain, agar keberadaan kita di tanah perantauan ini bukan sekedar menjadi TKI ansich, tapi lebih dari itu, kita diharapkan dapat menjadi TKI tang saleh, produktif, bermanfaat dan bermatabat.
Untuk itu, kami sebagai salah satu komunitas TKI di Riyadh ingin ikut serta membantu mencerdaskan masayarakat TKI lewat media cetak, sebagai sarana dakwah kepada sesama saudara di perantauan. Untuk itulah kami menerbitkan Tsaqofah, majalah dakwah untuk para TKI.
Majalah Islam Tsaqofah adalah salah satu majalah komunitas yang mulai terbit pada bulan Ramadhan 1426H. Berawal dari aktifitas pengajian yang kami laksanakan tiap minggu sekali, beranggotakan 9 orang.
Ide pembentukan Tsaqofah berawal dari saran pembimbing agar para peserta memiliki ketrampilan tulis menulis. Dengan kata lain, sebagai aktifis dakwah, kami diharapkan tidak hanya mampu berdakwah lewat lisan (Da’wah bi lisan) tapi juga mau dan mampu berdakwah lewat tulisan (Da’wah bil qolam). Dan ini diawali dengan latihan membuat makalah secara bergiliran. Oleh karenanya, 75% pemberian materi di pengajian kami dilakukan lewat metode diskusi, melalui penugasan membuat makalah sederhana secara bergantian.
Di samping itu, kepada peserta pengajian diharapkan untuk ikut serta dalam aktifitas dakwah dan sosial, terutama terkait dengan pembinaan masyarakat Indonesia yang ada di Riyadh, lebih khusus lagi, di kalangan para TKI. Dengan kehadiran Majalah Islam Tsaqofah, diharapkan terjadi interaksi positif, edukatif dan religius antara kami dan mereka.
Tujuan diterbitkannya Majalah Islam Tsaqofah, antara lain :
1. Sebagai sarana informasi dan wadah kreatifitas para TKI dan masyarakat Indonesia yang berada di kota Riyadh dan sekitarnya, terutama mereka yang memiliki hoby membaca dan memilki talenta dalam tulis menulis.
2. Sebagai sarana silaturahim dan tawashau bilhaq wa tawashou bisshabr antara kita, sesama warga negara Indonesia yang ada di tanah perantauan ini.
3. Sebagai salah stu kelompok pengajian, kami ingin ikut serta membantu pemerintah dan para dai Indonesia, khususnya para TKI, lewat da’wah bil qolam.
4. Ingin menggalakkan “budaya membaca” di kalangan TKI.
Kini, usia majalah Islam Tsaqofah sudah 5 tahun berjalan. Pada edisi perdana sampai edisi ke-3, hanya 150 eksemplar yang bisa kami terbitkan. Kemudian, mulai edisi keempat kami mampu menambah oplah sampai 200 eksemplar. Setelah Tsaqofah sudah banyak dikenal oleh TKI dan mereka pun tertarik dengan rubrik-rubrik yang kami sajikan, akhirnya dari tahun ke tahun oplah Tsaqofah semakin bertambah. Dan saat ini, oplah majalah Tsaqofah sudah lebih dari 1.000 eksemplar per sekali terbit.
Semakin banyak peminat, semakin banyak pula kritik dan saran yang masuk ke meja Readaksi. Dan saya yakin itu sebagai bentuk perhatian pembaca kepada kami. Sebagai "pelayan" yang baik, kami pun tentu harus meresponnya. Sebab ibarat dalam dunia dagang, pembaca adalah "raja" bagi kami. Meskipun Tsaqofah bukan proyek bisnis (lebih tepatnya disebut "proyek dakwah" ) dan para pengurus plus penulisnya pun tidak digaji, tapi kami tetap berupaya untuk mengapreasiasi permintaan para pembaca. Untuk itu, mau tidak mau, kami pun melakukan pembenahan di sana-sini, baik dari segi isi, tampilan, maupun manajerial. Dan itu terus kami lakukan secara bertahap. Akhirnya, berkat tangan kreatif kang Ikhwan Supriyadi, mulai edisi ke-33 Tsaqofah bisa tampil dengan cover lux berwarna, juga di-design layaknya majalah Nasional. Dan mulia edisi 36, Tsaqofah tampil lebih tebal lagi, dengan 86 halaman.
Namun mohon maaf, karena kesibukan kami dan beban kerja Tsaqofah semakin banyak, Tsaqofah yang awalnya bisa terbit tiap bulan, kini hanya bisa terbit satu setengah bulan sekali. Itu pun kadang sering terlambat karena kendala teknis. Semoga ke depan, kekurangan yang ada bisa kami perbaiki.
Begitu pula, mulai edisi 38, Tsaqofah mengepakkan sayapnya lewat media internet. Majalah made in TKI ini awalnya cuma bisa dinikmati oleh TKI (dan masyarakat Indonesia) yang berada di kota Riyadh dan sekitarnya. Tapi sekarang, siapa pun dan dimana pun berada, selama punya jaringan internet, mereka bisa membaca Tsaqofah lewat dunia maya. Blog Tsaqofah ini murni hasil kreasi sekretaris kami, Sairul Nafsahu, pemuda lajang berbakat asal Buton Sulawesi Tenggara. Berkat kecerdasannya di bidang computer, dia bisa bisa mewujudkan impian kami selama ini.
Terkait dengan kepengurusan, sejak awal sampai sekarang penanggung jawab Tsaqofah masih dipercayakan kepada guru ta'lim kami, yaitu Ust. Hidayat Mustafid, MA. Adapun di jajaran pelaksana, beberapa kali mengalami perombakan. Untuk Pemimpin Redaksi, sampai sekarang sudah berganti 2 kali : Pertama dipercayakan kepada Nasihin Sanusi, kemudian diganti Yudi Naryadi, dan sekarang digantikan lagi oleh Ibda El Chosal (Abu Abidah). Sedang untuk posisi Redaktur Pelaksana, baru sekali mengalami pergantian, dari Ibda El Chosal ke Zaenal Arifin (sekarang dihapus). Dan kerana tuntutan manajerial, mulai edisi ke-33, stuktur kepengurusan Tsaqofah mulai dipisahkan antara bagian redaksinonal dengan devisi usaha. Untuk itu, diangkatlah seorang Ketua Umum yang membawahi kedua bagian tadi, yang saat ini dijabat oleh Drs. Hartono Soekimin. Sedang untuk divisi usaha kami percayakan kepada Sunarna Mustika dan Zaenal Arifin, dengan dibantu kru Tsaqofah lainnya.
Demikian sejarah singkat majalah Islam Tsaqofah. Semoga para pembaca kini menjadi paham kenapa Tsoqofah bisa hadir dan untuk apa ia hadir di tengah-tengah para TKI. Wassalam.su
Untuk mengetahui susunan pengurus Majalah Islam Tsaqofah silahkan klik Disini
Comments :
0 komentar to “Sejarah Singkat Majalah Islam Tsaqofah”
Posting Komentar