Kini Tsaqofah Edisi 37 akan Beredar diseluruh toko toko Indonesia yang ada di Riyadh, atas partisipasinya dalam berlangganan kami tak lupa haturkan ribuan terima kasih

Jadi TKI Pun Harus Dengan Ilmu

                                                                   
 
Oleh : Hartono

"man aroda 'dunya fa 'alaihi bil 'ilmi wa man aroha 'l akhira fa 'alaihi bil 'ilmi wa man arodha humaa fa 'alaihi bil 'ilmi"
Siapa yang ingin bahagia di dunia, maka dengan ilmu. siapa yang ingin bahagia di akhirat, maka dengan ilmu, dan siapa yang ingin berbahagia di keduanya, maka dengan ilmu .

Ingat iklan teh Botol Sosro? Makan apa aja !? minumnya , Teh Botol Sosro ! Jangan-jangan iklan ini diilhami dari ungkapan tersebut di atas ya, “ Siapa saja , di mana saja, kapan saja kalau mau bahagia “minumanya harus ilmu juga “

Hidup bahagia di dunia dan di akhirat adalah idaman setiap mu'min, “Rabana atina fi dunya hasanah wa fil akhoirati hasanah waqina adzabannar “ Inikan do'a andalan kita ? Kuncinya ? Ilmu, ilmu dan ilmu, sebagaimana sabda Rasulullah saw di atas. Yang jadi masalah adalah ilmu apa yang harus kita cari dan bagaimana caranya ?

Rasulullah SAW. memberikan batasan ilmu sebagai berikut :

“ Al ilmu tsalatsatun, famaa siwa dzaliika fahua fadhlun : Aayaatun muhkamatun, wasunnatun qoo imatun, wa faridhotun adilatun. “ Ilmu itu ada tiga, Maka, apa-apa selain yang tiga tersebut adalah kelebihan (yang tiga itu adalah) : Ayat (Allah) yang menghukumi dan Sunnahku yang tegak serta ilmu faro'idh (waris) yang adil.

Dari sabda Rasulullah saw tersebut di atas jelas, ilmu apa yang utama dan pertama yang harus kita tuntut. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa ilmu yang wajib dicari manusia adalah ilmu AlQur-an dan Al Hadist, sedangkan yang lain adalah tambahan belaka.

Fokus dari pencarian ini adalah ma'rifatullah, mengenal Allah dengan segala sifat , perintah dan laranganNya. Melalui Al Sunnah kita melakukan pencarian tuntunannya, yakni petunjuk operasional , petunjuk pelaksanaan ayat Allah swt., untuk menjalankan kehidupan yang di ridhoiNya, pola hidup yang sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, bukan yang kita karang sendiri.

Pemahaman ini tidak diragukan lagi keabsahannya , hal ini bisa dikonfirmasi dengan sabda Rasulullah saw. yang sealur dengan amar ini, “ Allah sangat murka kepada orang yang pandai dengan perkara dunia, tetapi bodoh dengan perkara akhirat “. (HR: Al Hakam)

Sekali lagi untuk lebih menguatkan pemahaman kita simak baik-baik sabda Rasulullah yang semakna tentang ilmu utama dan pertama yang harus dipelajari oleh setiap muslim ,
“Barang siapa yang telah mampu membaca dan memahami Al Qur-an kemudian ia berpendapat bahwa ada seseorang yang diberi lebih utama dari pada yang telah diberikan kepadanya, berarti ia meangagungkan apa yang Allah remehkan dan meremehkan apa yang telah Allah agungkan (HR : Thabrani)

Makna luar biasa yang harus kita pegang dari hadits ini ,agar kita tidak terjebak dalam bersikap adalah, “ apa yang Allah agungkan dan remehkan menjadi kebalikan apa yang manusia agungkan dan remehkan. Seringkali terbalik kan? Hal lain yang perlu kita cermati bersama adalah, seringkali kita terjebak dalam pemahaman tentang Ilmu Agama, sebagaimana kebanyakan dari kita memahaminya secara sepintas, yakni bahwa sebatas : shalat, zakat, puasa dan haji , menghafal al Qur-an dan hadits dan sejenisnya. Kita boleh jadi tidak cermat bahwa di dalam Al Quran dan Al Hadits tidak hanya berisi tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah mahdhah (hubungan makhluk dan Khaliqnya secara langsung), tapi juga ilmu-ilmu kemasyarakatan dan mengelola alam sebagai bekal manusia sebagai khalifah di bumi. Seringkali kita masuk ke dalam pusaran pemahaman dan sikap yang bias, boleh jadi tidak kita sadari bahwa kita sendiri telah memisahkan kehidupan dari konsep dan konteks agama alias pemikiran faham sekuler, naudzubillah.

Pembaca Tsaqafah yang semoga selalu berbahagia, bagaimana seharusnya kita memposisikan ilmu dalam hidup dan kehidupan kita ? Agak sering kita mendengar nasihat atau sekedar ungkapan yang dengan nada sedikit menyudutkan Ilmu Pengetahuan Umum (Fisika, Biologi, Kimia, Geogafi, Bumi dan antariksa, matematika Ekonomi dan sejenisnya) dengan ungkapan, “ untuk apa anak kita kta suruh belajar matematika, toh itu tidak ditanyakan di dalam kubur !?” , mungkin pebaca juga pernah mendengar kalimat seperti ini atau semakna dengan ungkapan ini .

Ada pepatah yang sangat populer pada kaum muslimin, Uthlubu Ilma Walau Bis Sin / tuntutlah Ilmu walau sampai ke Negri Cina" (ungkapan ini ada yang menyebutnya sebagai hadits tetapi ada pula yang menganggap, bukan haidts) .Namun konon ada sahabat yang boleh jadi mengamalkannya. Artinya benar sapai di negeri Cina bahkan meninggal di sana, yakni Sa'ad Bin Abi Waqas yang dimakamkam di Guang Zhou / ibukota propinsi Guang Dong / di Cina selatan.(fc cheng ho dakwah-2doc.http://www.google.com) .

Kalau boleh pepatah populer ini kita jadikan acuan berpikir, apa maknanya? Mengindikasikan jarak yag jauh, tempat peradaban yang telah maju atau penekanan begitu pentingnya menuntut ilmu ? Penulis mencoba untuk mengambil makna ke dua, bahwa umat islam perlu untuk menguasai “ Ilmu Pengetahuan /sains“, Pada masa itu, Cinalah yang telah mencapai peradabannya yang tinggi. Dengan demikian ummat islam pun berkepentingan menuntut Ilmu Pengetahuan/sains sebagaimana yang telah dikibarkan para ulama muslim pada kejayaan Islam masa lampau. Mari kita renungkan pertanyaan ini, membantu ?

“Seandainya semua ummat Islam hanya mempelajari “Ilmu Agama” dalam pengertian
sempit dan tidak ada yang mempelajari Sains atau ilmu umum, “kemudia Sumber Daya Alam (minyak bumi, barang tambang lain, hutan, lautan udara yang dikaruniakan Allah kepada ummat manusia dikuasai oleh para kafir, dan digunakan untuk menindas ummat muslim , siapa yang salah ?” Adakah tanda-tanda itu saat ini ?

Pembaca Tsaqafah yang berbahagia, Raslullah telah memberi panduan yag jelas agar ummatya mencapai kebahagiaan, dunia dan akhirat tentunya.Tinggal bagaimana kita merealisasikan jurus yang telah diberikan oleh nabi kita. Kuncinya jelas yakn Ilmu. Mau menguasi ilmu keagamaan? Merebut kesempatan kerja yag lebih baik ?, membuka wira usaha? Kesemuanya memerlukan ilmu, ilmu dan ilmu. Bila tidak, boleh jadi tidak sampai kepada tujuan.

Allah memang memberikan kita kebebasan memilih, tentu kebebasan tersebut bukan tanpa konsekuensi, bukan tanpa balasan/imbalan. Kabar baiknya, khususnya bagi saudaraku tenaga kerja Indonsia di Riyadh, sang ”Pahlawan devisa”, Mau apa kita sekarang? Ilmu agama ? Formatra telah membuka pembinaan, pengajian di berbagai penjuru titik di kota Ryadh, Lembaga da'wah Islam (jaliat ) telah membuka perkulihan cuma-cuma bersertifikat, KBRI telah membuka Universitas terbua bagi yang masih bersemangat kuliah, kelompok belajar (Kejar) Paket : A,B,C, bagi yang mau menyelesaikan pendidikan dasar. Apa lagi yang diinginkan , kursus keterampilan computer ? Bisa diusulkan, siapa tau KBRI bisa membantu ?

Di akhir bait tulisan ini, penulis beraksud memotivasi diri dan mengajak kawan-kawa. Yuk kita bangun kebahagiaan dengan kegiatan berilmu , bagi yang telah berilmu tularkan dan sebarkan kepada yang lain , bagi yang belum ayuk kita mencainya. Semoga Allah mengangat derajat kita dan membahagiakan kita, amin.

Comments :

0 komentar to “Jadi TKI Pun Harus Dengan Ilmu”

Posting Komentar

Majalah Islam Tsaqofah

 

Copyright © 2009 by Majalah Islam Tsaqofah