Kini Tsaqofah Edisi 37 akan Beredar diseluruh toko toko Indonesia yang ada di Riyadh, atas partisipasinya dalam berlangganan kami tak lupa haturkan ribuan terima kasih

Sama - Sama Dikabulkan



Oleh : Abu Fikri

Kejadian tersebut telah diceritakan kepada suaminya lagi. Sekilas bu Fat bisa menangkap kesan suaminya yang merasa kasihan kepada bu Iim Tapi tidak demikian dengan bu Fat istrinya. Walaupun tenang roman mukanya, tapi dia menyimpan seribu perasaan geram, kesal dan gerah dibuatnya.
Dari sinilah titik tolak yang akan menyulut bom sewaktu-waktu bila bu Iim masih tetap bersikap tidak bersahabat dengan bu Fat. Kini permasalahannya bagaimana menyikapi bu Iim untuk masa-masa mendatang kalau masih saja tetap bersikap sama. Sedang dari pak syukri sendiri menyarankan kepada istrinya supaya berlaku sabar dan  mendoakan bu Iim agar bisa sadar dari kebiasaan tabiat buruknya. Begitu juga untuk selalu bersikap baik dengannya supaya luluh hatinya. Tapi dasar namanya hoby dan tabiat, bu Iim merasa gatal bila tidak usil mulutnya
.
Ceritanya, ketika pagi hari bu Iim melihat seorang wanita muda cantik membawa mobil bertamu ke rumah pak Syukri dimana bu Fat sudah pergi ke tempat kerjanya. Dalam kesempatan ini bu Iim menangkap celah untuk mengorbitkan isu barunya. Jadilah isu berkembang di masyarakat bahwa pak Syukri berduaan dengan wanita di rumahnya. Tak lama beberapa hari dari berkembangnya isu itu, akhirnya sampai juga isu tersebut ke telinga istrinya. Setelah konfirmasi dengan suaminya, bu Fat mendapat keterangan bahwa ibu tersebut ingin minta tolong kepada pak Syukri untuk menguruskan pembuatan passport buat adiknya yang ingin belajar ke Kuwait. Kejadian yang sekarang ini membuat bu Fat betul-betul tidak bisa menahan amarah. Bu Fat menampakkan kegeramannya di depan suaminya "Kurang ajar benar si Tengil itu. Pokoknya harus dikasih pelajaran. Kamu sendiri kok tenang-tenang saja sih Mas bukannya melabrak dia!"  Suaminya yang melihat emosi istrinya memuncak, cepat-cepat dia menasehatinya untuk bersabar dan tidak bertindak keras. Serahkan semuanya kepada Allah dan mendoakan dia agar sadar. " Eh… mas! Orang seperti dia itu harus dilabrak baru sadar. Pokoknya nanti saya akan bikin perhitungan dengan dia dalam waktu dekat" begitu ketusnya. Suaminya telah berusaha untuk meredam kemarahan hebat istrinya, tapi sia-sia dia sudah tidak sanggup lagi.

Setelah mencari waktu yang baik, bu Fat bertandanglah ke rumah bu Iim yang kebetulan suaminya sudah pergi ke tempat kerja begitu juga anak-anaknya sudah pergi ke sekolah. Bu Fat yang emosinya sudah naik ke ubun-ubun, dengan tanpa salam dan hormat langsung masuk ke rumah bu Iim sambil malangkerik (berkacak pinggang) dan tangan kanannya menuding ke mukanya. Bu Fat langsung melontarkan cacian " Eh…kamu simulut bodol (rusak), suka bikin fitnah dan memlintir omongan apa kamu belum puas hah…?. Sebetulnya apa sih maumu usil terus dengan keluarga kami ayo jawab!" Dengan sedikit agak pucat mukanya, bu Oob menjawab dengan terbata-bata " Bu..bu Fat, ap..ap..apa maksud bu Fat ii..ni se..semua?, aku tidak tahu". Waktu bu Iim mau bicara lagi, bu Fat langsung mendorong tubuh bu Iim yang tersandung kaki meja tamu itu ahirnya terjerembab ke kursi. Terus dia melontarkan cacian lagi " Eee… kamu sipendek jelek jangan pura-pura nggak tahu kamu ya! memfitnah suamiku berduaan dengan wanita lain di rumahku. Memangnya kamu melihat dengan mata kepada kamu sendiri kalau dia berduaan ayo jawab!. Apa kamu nggak tahu kalau anakku si Veta dan Ari ada di rumah waktu itu. Lagian kenapa sih kamu usil dengan urusan orang yang punya kepentingan dengan suamiku dalam masalah bisinis". Sebelum bu Iim angkat bicara lagi, bu Fat menjenggung kepala bu Iim sambil nyrocos lagi ." Dasar mulut kamu mulut iblis seperti Dorna penyebar fitnah, kamu harus masukin sekolah lagi itu mulut kamu biar bisa jadi sopan sedikit". Melihat bu Fat tidak kunjung padam ahirnya para tetangga lain pada datang sampai-sampai pak RT datang untuk melerai.

Orang-orang semua menasehati bu Fat untuk menyudahi omelannya tapi lama sekali sadarnya. Baru ketika pak RT menelpon suaminya bu Fat mulai sadar. Terakhir pak Syukri meminta kepada istrinya pesan apa yang akan disampaikan kepada bu Iim. Tanpa panjang lebar dia langsung menyumpahin kepada bu Iim " Moga-moga mulutnya benkok nggak bisa ngomong dan  nggak bisa bikin fitnah lagi.". Oleh suaminya bu Fat ditegur di depan orang-orang banyak dan merespon omongannya " Bu..! kalau mendoakan orang yang baik gitu tho. Saya memang selama ini bersabar dan selalu berdoa untuk bu Oob supaya bisa sadar, tapi ibu malah mendoakan jelek kepadanya". " Ya terserah kalau mas mau mendo'akan yang baik, doakan saja. Kalau saya sih sudah muak melihat dia. Soalnya kita sudah lama bersabar dizalimi tapi kok dia malah semakin nglunjak. Biar saja semoga terkabul doa saya dan mulutnya jadi  menceng kalau perlu nggak bisa bicara atau pelo" begitu ujarnya.  

Satu tahun dari kejadian tersebut, semua orang telah banyak yang melupakannya. Tapi kali ini bu Fat mendapat info kalau bu Iim mendapat penyakit stroke. Dia dirawat di rumah sakit beberapa hari saja itu pun menguras keuangannya. Di sisi lain penanganan tim medis tidak memberikan kemajuan berarti. Bahkan keadaan phisiknya tambah mengenaskan sekali. Badannya mati sebelah mulutnya menceng dan bicaranya betul-betul pelo (tidak jelas). Semua tetangga sudah pada datang menjenguk tidak terkecuali pak Syukri. Sedang bu Fat sendiri sudah tak sudi dalam hatinya untuk menjenguk orang yang dalam hati sangat menyakitinya. Bu Fat merasakan kalau sumpah serapah yang dilontarkan sebelumnya kepada bu Iim telah terkabul. Kini yang dikerjakan bu Iim hanya berdiam diri di rumah. Semua keperluan makan, minum, mandi dan lain-lainnya dibantu oleh anak-anaknya. Keadaan ini sangat menyiksa bu Iim dan memberikan beban hidup bagi keluarganya. Mulanya tidak bisa bicara sama sekali tetapi setelah diusahakan meminum obat-obat traditional, ada sedikit kemajuan. Bu Iim bisa bicara walaupun tidak jelas/cedal dan tangan kanannya saja yang bisa digerakkan.

Tepat setelah usai shalat Eid Al-Adha, bu Iim duduk di kursi roda yang didorong oleh suaminya (pak Dahlan) mendatangi rumah bu Fat dan pak Syukri. Setelah salam dan memberi hormat, mereka dipersilahkan masuk oleh pak Syukri. Dalam perbincangan mereka yang sejenak, pak Syukri memahami kalau bu Iim ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dia perbuat kepada bu Fat dan dirinya. Mulanya bu Fat tidak mau menemui mereka, akan tetapi setelah dirayu dan dinasehati suaminya, hatinya mulai luluh dan mau menemui bu Iim. Begitu bu Fat masuk ke ruang tamu, bu Iim, minta kepada suaminya untuk mendekatkan dirinya ke bu Fat. Dengan segala rendah diri dan penyesalan yang mendalam atas segala kesalahan yang pernah dia perbuat kepada bu Fat dan suaminya, maka dengan cepat tangan kanannya menyahut tangan bu Fat sambil menangis sesenggukan dan menciuminya. Kata-katanya yang keluar dari mulutnya sudah tidak utuh seperti semula sewaktu sehat. Begitu juga keadaan badannya yang mati sebelah duduk dalam kursi roda, membuat hati bu Fat terharu dan merasa sangat iba sekali. Menyaksikan keadaannya, bu Fat yang dulunya merasa kesal, sakit hati dan muak kepadanya, berubah menjadi sangat iba dan kasihan sekali kepadanya. Tak terasa air mata bu Fat mengalir juga sambil memegang kedua tangan bu Iim, dia berkata lirih " Bu Oob…! aku telah memaafkanmu. Begitu juga bila saya selama ini pernah berlaku kasar baik secara lisan atau tindakan, mohon saya dibukakan maaf. Semoga untuk masa-masa mendatang kita akan menjadi tetangga yang hidup rukun, damai saling menyayangi satu sama lain amin" 

Setelah lega mendapatkan jawaban dari bu Fat, pak Dahlan mengucapkan rasa terima kasih dan maafnya juga kepada pak Syukri sekeluarga. Pada kenyataannya, pak Dahlan memang merasa bersalah juga atas kejadian-kejadian yang pernah dilakukakan oleh istrinya.  Karena selama ini dia jarang mengontrol atau menasehati tindak tanduk istrinya baik kepada bu Fat atau kepada orang lain. Sebelum pamit, pak Dahlan mengeluarkan amplop yang berisi uang satu juta rupiah untuk diberikan kepada bu Fat. " Bu Fat, ini uang yang pernah dipinjam oleh istri saya satu tahuh lebih yang lalu, maaf agak terlambat dalam pembayarannya. Karena istri saya baru bilang sewaktu berada di rumah sakit. Semoga bu Fatimah mau memaafkan juga dalam hal ini". Bu fat yang sepertinya sudah tidak mau memusingkan lagi tentang hutang bu Iim, dia tolak untuk menerimanya. Tapi suami bu Iim bersikeras agar bu Fat mau menerimanya. Akhirnya bu Fat terima uang itu sembari berucap serius " Pak, bu Iim uang ini sudah saya terima. Tapi kali ini saya ingin memberikannya lagi kepada bu iim untuk tambahan biaya pengobatan ibu pada masa mendatang. Semoga ibu berkenan juga menerimanya". Menyaksikan kebaikan bu Fat yang begitu tulus, tak terasa bu Iim menitikkan air mata lagi dan menciumi tangannya sambil sesenggukan dia berujar " Be Fet…tek ke..sung.ka hetime be..beik sokeli. Trum..truma kesih yo! (Maksudnya, bu Fat tak kusangka hatimu baik sekali. Trima kasih ya!)". Mendengar pernyataannya tersebut bu Fat hanya tersenyum senang dan memandangi dengan penuh keibaan. Tak lupa pak Syukri dan bu Fat memberikan salam pamitannya sambil mengantar ke pintu depan.

Sebelum tidur dalam peraduannya, mereka bercengkerama bersama. Bu Fat mulai mengingatkan kepada suaminya akan suatu hadith mengenai doa orang yang dizhalimi sangat mustajab. Maksudnya akan terkabul kerena tidak ada penutup/penghalang baginya dengan Allah.  Setelah itu suaminya mengingatkan istrinya juga " Bu, makanya kalau mendoakan yang baik-baik saja supaya dia sadar gitu lho jangan sampai sakit. Kalau sakit begitu khan kasihan banyak keluar biaya. Dan ibu bisa melihat sendiri kalau kali ini doaku terkabul iya nggak?' "Buktinya apa pak?" sela bu Fat. " Buktinya dia kan datang minta maaf dan menyadari akan kesalahan yang dia perbuat" jawab pak Syukri. "Iya betul aku mengakuinya pak. Tapi itupun setelah doaku dikabulkan oleh Allah dan bu Iim diganjar dengan penyakit yang membuat dia sadar akan kesalahannya selama ini. Coba kalau nggak sakit mungkin masih saja kembali pada hobinya yang suka nyebar isu, memlintir omongan dan dengki terus kepada kita betul nggak pak?". Demikian kilahnya. "Jadi doa kita sama-sama dikabulkan dong bu. Tapi yang membanggakanku adalah, ibu ini walaupun keras hatinya tapi punya jiwa seribu satu kebaikan ". Sanjungan itu dilontarkan kepada istrinya. Istrinya yang mendengarnya hanya bisa nyengir dan monyong mulutnya sambil mencubit pipi pak Syukri. Tak lupa bu Fat memberi sanjungan juga kepada suaminya "Aku juga bangga punya suami sepertimu mas. Dulu ibuku selalu berdoa semoga aku mendapatkan suami yang penyabar dan menyayangiku. Kini terkabul aku mendapatkan suami yang jadi dambaanku dan ibuku. Sebab ibuku tahu kalau aku bertemperamen keras, maka suamiku harus yang penyabar dan bisa mengayomiku.  Malam itu sungguh merupakan malam kontemplasi (renungan) dalam sejarah perjalanan kehidupan mereka yang mentaajubkan. Tak lupa pak Syukri memeluk istrinya dan  mengatakan "I love you so much bu!". Istrinyapun tak lupa mengucapkan perasaan sama " So do I my dear !".
Demikian reflexi kehidupan seorang yang suka usil, memfitnah dan memlintir omongan, kenyataan itu berakhir dengan tragis. Hendaknya ini menjadi perhatian kita untuk berhati-hati agar tidak menyebar isu dan fitnah.  Kalau kita tidak mau mengalami nasib seperti bu Iim. Sebab orang yang difitnah itu punya senjata doa. Kalau doa itu digunakan akan berbalik membahayakan bagi sipenyebar fitnah. Untungnya yang diusilin, digosipkan dan difitnah itu orangnya baik. Artinya mereka masih mau memaafkan lebih dari itu ikhlas memberikan uang kepada orang yang memfitnahnya. Hal ini jarang terjadi kalau orang setelah disakiti begitu banyak dan meninggalkan luka yang dalam, masih rela memberikan sebagian uangnya. Dalam al-Quran juga menyarankan kepada kita untuk tidak menerima isu ataupun gosip itu mentah-mentah. Hendaknya kita bertabayun ( Mengecek dan recek) kebenarannya supaya kita tidak terperangkap dalam lingkaran isu tersebut. TAMAT
 

Comments :

0 komentar to “Sama - Sama Dikabulkan”

Posting Komentar

Majalah Islam Tsaqofah

 

Copyright © 2009 by Majalah Islam Tsaqofah