Kini Tsaqofah Edisi 37 akan Beredar diseluruh toko toko Indonesia yang ada di Riyadh, atas partisipasinya dalam berlangganan kami tak lupa haturkan ribuan terima kasih

Tidak Semua TKI Melacurkan Diri

 
Oleh : Egy T. Sambiwa
                                                                          
Ada Sebuah pendapat yang mengatakan bahwa TKW kita apabila kabur dari rumah majikannya 99% pasti menjadi mangsa oleh orang-orang yang menolongnya, baik ditolong oleh bangsa sendiri maupun oleh bangsa lain. Lha…, wong semuanya pada sama-sama laparnya. Ibaratnya, ikan sudah di depan mata, masa kucing lapar tak mau memakannya? Mustahil, kan? Jadi kalau begitu, TKW yang kabur, diibaratkan lepas dari mulut macan masuk ke mulut buaya. Ya, sama juga boong dong.
Berita tentang kebobrokan moral anak bangsa yang bertitel TKI di negeri Saudi ini kian marak memenuhi sudut-sudut kota di negeri ini. Jangankan yang jelas-jelas berstatus illegal, yang legal saja tidak mau kalah untuk ambil andil dalam mengisi berita atas perbuatan tercelanya. Bukan cuma jadi obrolan-obrolan iseng sopir-sopir yang merasa jenuh di saat menunggu majikan, bahkan di surat-surat kabar dan majalah pun banyak dimuat berita tersebut.

Dari sekian kasus yang berbau mesum yang dialami para TKI, kebanyakan menimpa para TKW. Sampai-sampai –maaf-- harga kehormatan wanita kita di negeri ini ada yang bilang sebatas harga pulsa HP. Karena sudah dianggap ma'ruf, akhirnya TKI (TKL & TKW) yang benar-benar lurus pun kadang ikut kena getahnya.

Tapi, tidak semua TKI melacurkan diri. Ternyata masih banyak teman-teman TKI yang tetap berpegang teguh dengan agamanya. Berikut beberapa TKI yang pantas untuk kita jadikan contoh.

Pertama, Yu Patmi, seeorang TKW asal Jawa Tengah. Dia sangat kokoh dengan perndirianya dan selalu menjaga kehormatan dirinya. Selama bekerja di rumah majikannya, dia mampu membawa diri, juga mengetahui mana yang baik dan mana yang bakal celaka, terutama yang berkaitan dengan majikan lakinya yang kadang suka iseng. Shalat 5 waktu tidak pernah absen dia lakukan, kecuali bila ada halangan (haid). Bahkan puasa sunnah --terutama puasa Senin kamis pun rutin dia lakuakan. Biarpun dia pegang HP, tapi tak pernah dia salah-gunakan. Di dalam HP-nya pun banyak berisi bacaan al-Qur'an. Dari sekian kali mondar-mandir ke Saudi, sekalipun belum pernah ia tergoda oleh rayuan laki-laki. Bahkan imannya semakin membaja.

Kedua, mas Ali. Di Saudi ia bekerja bersama isterinya (suami istri). Katanya ia beberapa kali ditawarin seseorang yang mengajak "kerja-sama" bisnis kaburan dengannya. Karena ia punya kamar yang lumayan besar, ia seringkali ia ditawari agar kamarnya bisa dimanfaatkan untuk menampung sementara TKW kaburan. Tawarannya begitu menggoda, selain bisa "berselingkuh" gratis dengan TKW kaburan yang dijaring temannya, dia juga bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan besar. Tapi Ali yang asal blitar Jawa Timur ini bukan tampang orang yang hidung belang dan bodoh. Setiap ada tawaran kotor dari temannnya, ia tolak mentah-mentah. Justru sepulang dari hajian Ali semakin giat mempelajari ilmu agama, baik dengan cara membaca buku-buku agama maupun konsultasi dengan orang yang lebih mengerti.

Ada juga sopir-sopir yang single yang mereka itu tidak tergoyahkan oleh godaan-godaan seperti itu. Contohnya Muslihat, TKW asal Cianjur dan Awaluddin TKL dari NTB. Mereka berdua tetap komitmen dengan pendiriannya. Mereka mengambil langkah dengan selalu memburu buku-buku agama. Mereka aktif berlangganan majalah Tsaqofah. Nomor HP tidak sembarangan dikasih kecuali dengan teman yang sudah dikenal kepribadiannya. Selain shalat 5 waktu, mereka berdua juga rajin puasa sunnah. Bahkan mereka sering menasehati orang lain tanpa takut cemo'ah, ataupun dikucilkan dari pergaulan, karena Allah semata.

Demikian beberapa contoh teman-teman kita yang mampu mempertahankan jadi diri sebagai TKI cerdas, bermartabat, dan saleh/salehah, sekalipun godaan menggiurkan (tapi menistakan) seringkali mereka dapatkan.  Saya yakin masih banyak TKW kita yang seperti yu Pathmi, pasangan suami-istri seperti Ali dan istrinya, juga sopir-sopir single seperti Muslihat dan Awaluddin. Prinsip hidup dan keteguhan mereka layak untuk kita contoh.

Tentunya, orang-orang seperti  mereka –dan juga kita-- sangat mengharap agar, sekalipun profesinya kita hanya sebagai TKI –yang rentan akan godaan dan ujian, tapi kita bisa menjadi TKI cerdas dan bermartabat, yaitu TKI yang mau bekerja keras, sabar, banyak belajar, dan mamapu menjaga harkat dan martabat bangsa. Sebab haya dengan menjadi TKI cerdas dan bermartabat, kesan negatif bahwa kita termasuk tenaga kerja  bodoh dan dan "murahan" dapat lenyap dari benak orang-orang yang seringakali menganggap rendah bangsa kita.  Takutlah kita akan azab Allah Swt atas semua perbuatan maksiat yang pernah kita lakukan. "Segeralah kita bersujud, mumpung kita masih diberi waktu." Demikian kang Ediet G. Ade pernah bersenandung.

Comments :

1
Tsaqofah mengatakan...
on 

ini tuloisa kla

Posting Komentar

Majalah Islam Tsaqofah

 

Copyright © 2009 by Majalah Islam Tsaqofah