Kini Tsaqofah Edisi 37 akan Beredar diseluruh toko toko Indonesia yang ada di Riyadh, atas partisipasinya dalam berlangganan kami tak lupa haturkan ribuan terima kasih

Urgensi Pendidikan Dan Ketrampilan Bagi Para TKW


Oleh : Abu Fatin

Salah satu tujuan pemerintah dalam pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negri adalah mengurangi masalah tingginya angka pengangguran sekaligus bisa menghasilkan devisa Negara yang sangat besar. Manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian masyarakat TKI dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi dimasyarakat dapat berkembang secara significant. Oleh karena  kelangkaan lapangan pekerjaan di dalam negeri, bagi mereka yang pengangguran ditambah lagi dengan pendidikan yang minim maka pergi keluar negeri sebagai TKI adalah salah satu solusinya. Katanya," hitung-hitung adu nasib, siapa tahu bernasib baik".
Seiring berjalannya waktu, bekerja ke luar negeri ini menjadi gengsi tersendiri dan bahkan sudah menjadi trend di masyarakat luas. Mereka bilang "ketinggalan jaman" dan sulit untuk merubah ekonomi keluarga menjadi lebih baik kalau tidak kerja ke luar negeri. Pendapat mereka ada benarnya, juga karena pada kenyataanya kondisi ekonomi Indonesia masih sangat terpuruk. Dari pada harus terus menganggur sedangkan kebutuhan semakin banyak dan meningkat memilih untuk menjadi TKI adalah lebih baik bagi mereka. Makanya, mereka berduyun duyun mendaftar ke PT. untuk siap bekerja ke luar negeri, sehingga kita tidak merasa aneh ketika mendapatkan disebuah desa hampir seluruh penghuninya adalah "duda-duda Arab", karena ditinggal oleh istri-istri mereka yang seringkali mengaku janda ketika mendaftar di PT.
Animo masyarakat yang sangat besar ini tampaknya tidak sia-sia.karena lapangan pekerjaan yang ada dan pangsa pasar sangat tersedia dan banyak. Bahkan di negara Arab Saudi ini sulit rasanya bagi para "majikan" untuk tidak butuh tenaga kerja Indonesia, khusunya di bidang penata laksana rumah tangga dan sopir, sehingga mendorong melonjaknya jumlah warga yang berminat bekerja ke luar negeri dan semakin tahun semakin meningkat saja.

Namun di sisi lain kita sadar bahwa semakin banyak pengiriman TKI keluar negeri maka akan timbul banyak permasalahan yang terjadi. Di antara permasalah-permasalahan itu seperti  kasus pelecehan seksual, kasus penganiayaan dan kekerasan, kasus gaji tidak di bayar, kasus tuduhan pencurian, kasus kabur dari majikan dan terjerat dalam jaringan prostitusi serta masih banyak kasus lainnya yang mengerikan.

Pemerintah Indonesia  bekerja sama dengan instansi pemerintah negara tujuan, serta berbagai instansi swasta lainnya, sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan TKI. Namun karena permasalahan yang begitu banyak dan komplek maka dari sekian banyak permasalahan, sebagian bisa diselesaikan. Namun tidak sedikit pula permasalahan yang belum atau tidak bisa diselesaikan. Mengingat kemampuan dan kekuatan mereka terbatas. Di samping itu, kebanyakan pihak majikan sangat tidak kooperatif dan nakal.

Untuk mengurangi timbulnya banyak permasalahan tersebut dibutuhkan andil semua pihak khususnya andil para TKI itu sendiri, terutama membekali diri dengan pendidikan, keahlian dan keterampilan. Karena timbul banyaknya permasalahan bermula dari minimnya potensi diri, minimnya pendidikan dan ketrampilan. Sebagian TKI di sektor rumah tangga tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Kebanyakan mereka hanya tamatan SD, bahkan tidak lulus SD. Sehingga ketika menghadapi banyak permasalahan tidak mampu mencari solusinya. Yang mereka lakukan hanya menangis dan putus asa.
 Oleh karenanya, pendidikan dan keahlian serta keterampilan benar-benar sangat dibutuhkan dalam rangka mengurangi timbulnya banyak masalah yang di hadapi oleh para TKI. Karena dengan potensi dirilah mereka bisa menghadapi permasalahan-permasalahan itu dan bisa mencari solusinya.

Sekarang pertanyaanya adalah sudahkah kita mempersiapkan tenaga kerja kita dengan pendidikan yang tinggi dan keterampilan yang memadai?. Secara jujur jawabannya adalah belum. Kita masih saksikan banyak TKW-TKW kita yang datang berpendidikan rendah dan tidak punya ketrampilan serta keahlian yang baik.

Sementara negara-negara seperti Mesir dan Filipina, mereka banyak mengirimkan tenaga –tenaga skill (ahli) dan berpendidikan tinggi seperti dokter, perawat, parmasi, insinyur, guru-guru dll. Sedangkan India dan Pakistan masih cukup lumayan, ada sebagian dari mereka yang mempunyai posisi yang baik. Bahkan Bangladesh yang tukang sampah pun masih tetap bangga karena negaranya tidak banyak menghadapi masalah.

Bisakah kita seperti mereka? Ataukah kita tetap harus puas dengan sebutan sebagai Negara yang menduduki peringkat pertama dalam pengiriman TKI yang minim pendidikan dan skillnya. Sehingga mereka memandang kita dengan sebelah mata dan menganggap negara kita miskin dan bodoh. Tidak mempunyai bergaining sama sekali di mata mereka.  jawabanya pasti bisa. Namun kapan ?.

Kita tidak usah sewot jika ada Banggali bilang bahwa Indonesia miskin dan bodoh, perempuanya sangat murah dan banyak di "manfaatkan" oleh mereka. Mengapa mereka berani melecehkan TKW-TKW kita? Ya, karena orang kita sendiri yang  bisa dibodohi dan mau dijadikan bulan-bulanan mereka. Kita tidak usah mangkel kalau mereka bilang orang Indonesia mafi ma'lum English, karena memang kebanyakan TKW kita tidak bisa bahasa Inggris.

Mulai sekarang cukup! Kita jangan mau lagi di bodohi mereka. Sebagai TKW, kita harus cerdas dan pinter. Mari kita bisa belajar dari TKW Filipina, Mereka berani angkat suara kalau belum dikasih gaji. Mereka berani melawan kalau mereka diperlakukan tidak baik. Mereka bisa menjaga dan mempertahankan diri kalau mereka digoda atau diganggu. Kita jangan kalah dengan mereka karena kita tidak lebih bodoh dari mereka. Mari kita sadar dan bangkit untuk menjadi TKW yang cerdas dan bermartabat serta pemberani seperti ibu kartini, sehingga tidak lagi diremehkan oleh bangsa majikan atau oleh bangsa lain.

Ada cerita seorang TKW yang datang ke kantor saya, dikarenakan dia tidak paham kerja dan kurang bisa beradaptasi. Akhirnya, dia dikembalikan ke kantor oleh majikan. Dia bilang :" Pa saya masih baru dan tidak bisa bekerja serta tidak bisa berkomunikasi. Majikan sering marah-marah, jadi saya tidak betah Pa. Saya minta pulang saja".

Kebanyakan TKW kita cepat berputus asa dan menyerah. Mereka tidak bisa mencari solusinya. Mengapa? Tak lain adalah karena kurangnya kesabaran dan minimnya pendidikan dan potensi diri.

Katanya;"Saya ini orang bodoh dan miskin Pa. Sekolah cuma sampai kelas 3 SD. Dulu sewaktu kecil saya ingin tetap sekolah tapi orang tua saya orang miskin. Jangankan untuk biaya sekolah buat makan saja susah.Saya harus membantu orang tua mencari uang dengan berdagang kecil-kecilan. Apalagi ketika musim panen, saya harus membantu orang tua untuk derep biar dapat padi untuk makan sehari-hari. Masa kecil saya tersita untuk membantu orang tua mencari rezeki. Jadilah saya sekarang orang bodoh dan miskin. Makanya, saya sekarang bekerja ke Arab ini biar saya dapat duit dan mampu menyekolahkan anak saya supaya jadi orang pinter. Tidak musti ke Arab seperti ibunya jadi pembantu. Jadi orang bodoh susah dan sengsara Pa. Cari kerja di Indonesia sulit sekali. Para sarjana saja banyak yang nganggur dan terpaksa harus ke Arab, apalagi saya tidak tamat SD.

Pekerjaan di sektor perumahan memang pekerjaan yang sangat berat. Mereka  harus bekerja full tidak punya aturan waktu. Di samping itu harus bisa bersikap dan beradaptasi dengan majikan beserta keluarganya yang mempunyai adat istiadat yang berbeda. Mereka harus bisa bekerja dengan setumpuk pekerjaan dan mereka harus tetap sehat serta kuat. Sementara mereka sendiri kadang-kadang mempunyai problem keluarga yang harus di pikirkan juga. Ya...memang berat sekali dan dibutuhkan kesabaran serta keterampilan khusus dalam hal ini.

Memang benar, kebodohan identik dengan kemiskinan dan kepandaian identik dengan kekayaan. Begitu juga sebaliknya. Namun tidak juga selamanya begitu, karena berapa banyak orang bodoh bisa sukses menjadi orang kaya. Dan berapa banyak orang miskin yang bersekolah tinggi menjadi pintar. Tapi sebaliknya, berapa banyak orang kaya yang menjadi bodoh dan berapa banyak orang pintar tetap saja miskin. Kalau orang kaya bisa sekolah tinggi dan jadi orang pinter itu biasa alias wajar, karena dia punya biaya untuk belajar, tapi kalau orang kaya jadi bodoh itu keterlaluan. Sementara jika orang miskin bisa sekolah tinggi dan jadi orang pinter itu luar biasa. Tetapi orang miskin jadi bodoh atau karena bodoh jadi miskin, ya.. bisa dimaklumi. Tapi alasan itu tidak bisa dibenarkan artinya bukan menjadi alasan miskin tidak bisa belajar, karena ilmu sekarang bisa didapatkan diluar bangku sekolah. Artinya, yang wajib bagi kita adalah belajar. Ada usaha untuk belajar.

Dalam kaitanya dengan belajar, Rasulullah sangat menekankan kepada umatnya agar selalu belajar. Beliau bersabda : " Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim". "Tuntutlah ilmu mulai dari sejak di ayunan sampai ke liang lahat".

 Jelas sekali betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Maka menuntut ilmu tidak berhenti ketika kita menjadi TKW atau kita sudah dewasa. Kita diwajibkan menuntut ilmu selama kita masih hidup. Dan sumber keilmuan sekarang dapat ditemukan di berbagai media elektronik dan media cetak. Membaca buku-buku, majalah- majalah, koran, bulletin-buletin dll.

Ada kata bijak yang mengatakan:
العالم كبير وان كان صغيرا -  والجاهل صغير وان كان كبيرا
Orang berilmu besar ( terhormat ) walaupun umurnya kecil. Orang bodoh kecil ( rendah )  walaupun umurnya besar.

Dengan semakin pinter dan cerdas maka kita tidak lagi bisa dibodohi oleh majikan atau oleh bangsa lain. Mudah-mudahan kita mampu dalam menghadapi segala masalah sambil kita selalu memohon kepada Allah agar diberi kekuatan dalam menghadapi segala rintangan dan masalah. Sehingga kita kembali ke negara kita dengan kesuksesan. Amin.....
 Wallahu 'alam bissowab.
 .

Comments :

0 komentar to “Urgensi Pendidikan Dan Ketrampilan Bagi Para TKW”

Posting Komentar

Majalah Islam Tsaqofah

 

Copyright © 2009 by Majalah Islam Tsaqofah