Kini Tsaqofah Edisi 37 akan Beredar diseluruh toko toko Indonesia yang ada di Riyadh, atas partisipasinya dalam berlangganan kami tak lupa haturkan ribuan terima kasih

Urgensi Kalimat Tauhid

                    Oleh : Asep Suhendi

Ajaran Islam adalah ajaran yang lengkap. Ia menyentuh semua segi kehidupan duniawi, baik lahir maupun batin. Untuk menjadi seorang muslim seutuhnya, seseorang harus memiliki komitmen yang utuh terhadap ajaran Islam. Keislaman yang hanya ada di lahir namun batinnya kafir, maka tidak akan diterima. Keislaman yang hanya di hati namun fisiknya tidak mau tunduk untuk mengamalkan perintah agama, juga tidak dibenarkan. Atau, mengamalkan sebagian ajaran agama dan meninggalkan sebagian yang lain, juga tidak dibenarkan.

Untuk menjadi sah keislaman seseorang, selain harus memiliki komitmen yang utuh, ia harus mendasari keislamannya dengan dua syahadat. Keislaman itu hanya dianggap benar manakala ditegakkan di atas fondasi syahadat. Apakah syahadat itu? Ia adalah ucapan persaksian atau pernyataan yang harus diucapkan seseorang untuk dianggap sebagai muslim. Dua syahadat itu terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat risalah. Syahadat tauhid adalah pengakuan dan persaksian bahwa “Tidak ada tuhan selain Allah”, dan syahadat risalah adalah pengakuan dan persaksian bahwa “Muhammad adalah utusan Allah.”
       Seorang anak yang lahir sebagai seorang Muslim dengan lingkungan yang islami dan tumbuh berkembang juga dengan didikan Islam, tidak dituntut untuk mengucapkan syahadat secara formal, karena ia memang terlahir sebagai Muslim. Akan tetapi, bagi mereka yang lahir dari orang tua non-muslim lalu tumbuh dan berkembang dengan didikan non-Islam pula, tatkala ia dewasa dan sadar untuk kembali kepada Islam, ia wajib mengucapkan syahadat sebagai tanda masuk dan menjadi seorang Muslim secara resmi. Meskipun pengucapan syahadat itu sebenarnya tidak membutuhkan persaksian dari siapa pun karena cukuplah Allah sebagai saksi, namun mengucapkan syahadat di hadapan orang banyak terkadang dibutuhkan agar diketahui oleh masyarakat dan diterima kehadirannya sebagai Muslim.
       Berikut ini akan dijelaskan urgensi syahadat bagi seorang Muslim secara lebih terperinci:
                            
(Al-Madkhal ila Al-Islam)
Pintu Masuk kedalam Islam

Jika seseorang memasuki ruang yang tertutup, dia memerlukan buka pintu. Membuka pintu yang terkunci harus menggunakan alat semacam anak kunci atau sejenisnya, seperti kartu mahnit dll. Demikian juga untuk masuk kedalam agama Islam. Seseorang yang berada di luar Islam, terlebih dahulu ia harus mengucapkan kalimat syahadatain (dua syahadat), yaitu Asyhadu an Laa ilaaha illallah wa Asyhadu anna Muhammadar-Rasuulullah. Inilah kunci pembuka atau gerbang masuk kedalam Islam. Dengan bersyahadat, seorang Muslim bisa mendapatkan semua yang dijanjikan Allah swt. baik berupa diterimanya amal di dunia hingga terkumpulnya pahala yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan di akhirat kelak. Tanpa kunci itu, sebaik apapun amal  dalam pandangan manusia, tidak ada nilainya di hadapan Allah swt.
      Seseorang yang beramal sebaik apapun belum dianggap sebagai seorang Muslim jika belum mengaplikasikan tuntutan dua kalimat syahadat. Apabila ada orang yang menjalankan shalat, zakat, puasa, haji, hingga berjihad membela Isalm di medan tempur, maka semua amalan tersebut akan tertolak jika ia belum mengucapkan dua kalimat syahadat dengan ikhlas dan ia belum disebut seorang Muslim.

 Abu Thalib, paman Rasulullah saw. adalah seorang yang berjuang membela Rasulullah saw., keponakannya. Ketika menasihati keponakannya agar berhenti berdakwah menyebarkan Islam, Abu Thalib berkata kepada Rasulullah saw. “Wahai keponakanku, kaummu telah datang kepadaku. Mereka mengatakan kepadaku begini dan begini. Sayangilah diriku dan dirimu! Janganlah membebani diriku dengan persoalan yang berada di luar kesanggupanku.” Rasulullah saw. menjawab, “Wahai paman, demi Allah, seandainya mereka itu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan urusan ini maka aku tidak akan berhenti sebelum Allah swt. memenangkan agama-Nya atau aku binasa karenanya.” Kemudian Rasulullah saw. bangkit dari duduk dengan berlinang air matanya.
       Melihat hal itu, Abu Thalib kemudian berkata, “Keponakanku, pergilah dan katakan apa saja yang kamu sukai. Demi Allah, kamu tidak akan kuserahkan kepada siap pun juga, selamanya.”
       Sejak saat itu, tiada hari yang dilalui oleh Abu Thalib kecuali untuk membela keponakannya dalam mendakwahkan Islam. Sayangnya, Abu Thalib tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat sedikit pun hingga maut menjemput nyawanya.
       Menjelang kematian Abu Thalib, para pemuka kafir Quraisy berkumpul di sekelilingnya. Ketika itu Rasulullah saw. mencoba membimbing pamannya seraya berkata, “Wahai paman, katakan Laa ilaaha illallah, suatu kalimat yang dapat saya jadikan hujah untuk membela Anda di sisi Allah.”
       Setelah Rasulullah saw. berkata seperti itu, Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah langsung menimpali, “Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?”
      
Begitulah detik-detik kematian Abu Thalib. Hingga sampai ajalnya, dia tidak mengucapkan kalimat syahadat. Rasulullah saw. masih berusaha memintakan ampunan kepada Allah swt. untuk pamannya dengan berkata, “Aku akan memohonkan ampunan untukmu selama tidak dilarang.”
       Kemudian Allah swt. menurunkan dua ayat berikut ini dalam Al-Qur'an.

ما كان للنبي واللذ ين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولي قربي من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم ( 113)       

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam..” (QS. At-Taubah : 113)
إنك لن تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء(56)

"Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi akan tetapi Allah memberi petunjuk bagi orang yang dikehendakiNya” (QS. Al-Qashah : 56)
       Sebagus apapun amalan seseorang, jika tidak pernah mengucapkan syahadat maka amal tersebut akan sia-sia, sebagaimana amalan Abu Thalib. Umar bin Khattab pernah menangis ketika melihat para pastor dan rahib sambil membaca ayat,

عاملة ناصبة (3) تصلى نارا حامية (4)           
“bekerja kers lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka)”. (QS. Al-Ghassiyah : 3-4)


@) Sumber dari internet

Comments :

0 komentar to “Urgensi Kalimat Tauhid”

Posting Komentar

Majalah Islam Tsaqofah

 

Copyright © 2009 by Majalah Islam Tsaqofah